
JIB | KABUPATEN BEKASI – Drs. Amet, S.Ag, M.Pd., putra daerah dari Kampung Walahir Desa Karangraharja Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi, telah berhasil sukses meraih gelar Doktor dalam Studi S3 program Doktor jenjang pendidikan tertinggi di Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung.
Amet sukses melewati ujian dan dinyatakan lulus oleh para Tim Promotor dan Tim Penguji dalam Sidang Terbuka yang dilaksanakan di lantai 4 Gedung Pascasarajana, UIN Bandung. Kamis (30/10/2025).
Dalam karya akhir penelitiannya, bapak dari enam anak ini melakukan riset Disertasi dengan judul : “Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Tentang Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Alquran (BTQ) Siswa SDN dan SMPN. (Penelitian Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomer 9 Tahun 2012, Tentang Peningkatan Kemampuan BTQ Di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat).
Usai melaksanakan Sidang Terbuka, Amet dinyatakan lulus dan berhasil menggapai nilai IPK 3,87 Yudisium dengan capaian sangat memuaskan. Dirinya tercatat sebagai Doktor ke-1059 yang diluluskan Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dan Doktor ke-460 Bidang Studi Pendidikan Islam, Pascasarjana UIN SGD Bandung.
Melalui wawancara eksklusif di kediamannya, Kampung Walahir, Desa Karang Raharja, Kecamatan Cikarang Utara, Amet memaparkan kisah suka dukanya dalam proses dirinya menjalankan studi S3 hingga lulus saat ini.
“Perjuangannya lumayan cukup menguras pikiran, waktu, tenaga termasuk biaya,” ungkapnya.
“Saya harus membagi waktu antara pekerjaan dan jadwal kuliah. Selain itu, biaya juga harus pandai – pandai mengatur agar anak – anak saya semua bisa tercukupi kebutuhan sekolahnya,” Lanjut Amet.
Pak Slamet Rahayu, panggilan Amet di kalangan teman – teman sekolahnya juga sapaan para murid – muridnya ketika dulu masih menjadi guru di Pondok Pesantren Al – Barkah Cikarang Utara bahkan sudah sering dan familiar disapa “Prof” dalam dunia medsos oleh murid-muridnya dia memaparkan motifasinya sehingga bisa menuntaskan studi Doktornya.
“Saya berharap seandainya nanti diberikan umur panjang saya ingin beralih untuk menjadi dosen agar keilmuan yang saya miliki bisa tersalurkan sebagai wujud pengamalan dan pengabdian sehingga masa akhir pensiun masih terus bisa berkarya di dunia pendidikan.” Pungkasnya.


