
JIB | Kabupaten Karawang – Kepala SMP Negeri 1 Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, membantah tuduhan yang diduga dilayangkan oleh seorang dari pihak sekolah menengah kejuruan di Rengasdengklok terkait dugaan kebocoran data Akbar Ramadani, alumni SMPN 1 Rengasdengklok.
Nama Akbar muncul dalam daftar penerima Program Indonesia Pintar (PIP) dengan diduga di salah satu sekolah menengah kejuruan di Rengasdengklok, meskipun ia diduga tidak belajar di sekolah tersebut setelah lulus dari SMPN 1 Rengasdengklok.
Kepala SMPN 1 Rengasdengklok, Asma, S.Pd., M.Pd., menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah membocorkan data siswa. Ia justru menduga adanya upaya pihak tertentu untuk menambah jumlah peserta didik mereka dengan cara yang tidak semestinya.
“Sangat mustahil operator sekolah kami membocorkan data. Justru yang lebih mungkin, kami menduga operator sekolah menengah kejuruan tersebut dengan kepentingan pribadi dengan mengambil data dari setiap SMP untuk menambah jumlah siswa mereka,” ujar Asma saat dikonfirmasi.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa dugaan penyalahgunaan data ini bisa saja berkaitan dengan upaya memperoleh dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) atau PIP untuk siswa yang tidak benar-benar ada.
“Ada dua kemungkinan, yaitu untuk mendapatkan dana BOS dengan data siswa fiktif atau memperoleh PIP bagi siswa yang sebenarnya tidak ada. Operator SMP Negeri 1 Rengasdengklok tidak memiliki kepentingan dalam hal ini, justru kami yang dirugikan,” tambahnya.
Asma juga mempertanyakan mengapa data siswa yang sudah tidak aktif sejak kelas 10 tidak segera dihapus jika memang tidak ada kepentingan tertentu.
“Kalau memang tidak ada siswanya, kenapa tidak dihapus? Jika tetap dipertahankan, bisa jadi ada tujuan tertentu yang ingin dicapai,” tegasnya.
Ia menegaskan bahwa selama masih berstatus sebagai siswa SMPN 1 Rengasdengklok, pencairan dana PIP selalu dilakukan langsung oleh alumni bersama keluarganya. Namun, munculnya dugaan bahwa alumni kini terdaftar sebagai penerima PIP di sekolah lain menimbulkan pertanyaan besar.
“Selama di SMP, PIP selalu dicairkan dan diambil langsung oleh alumni bersama keluarganya. Jika sekarang data mereka digunakan di sekolah lain, tentu ada pihak yang harus bertanggung jawab,” pungkasnya.
Kasus ini kini menjadi perhatian berbagai pihak, terutama dalam menjaga keamanan data siswa agar tidak disalahgunakan. Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari pihak terkait mengenai langkah penyelesaian masalah ini.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, pihak sekolah menengah kejuruan di Rengasdengklok belum memberikan tanggapan resmi terkait tuduhan ini. (Red)