Jurnal Indonesia Baru

Pemuda Rukem Ziarah Tilas Jejak Yang Tersembunyi Dari Waliyulloh “Syeh Abdul Muhyi”

JIB|Cikarang, Bekasi – Pimpinan Pesantren Darut Taufiq Pamahan Rukem Jatireja Cikarang Timur dan Pimpinan Yayasan Darul Qiroah Cibeber Simpangan Cikarang Utara bersama tokoh pemuda “Erwin Hermawan”semangat berziarah ke makam Waliyulloh “Syeh Abdul Muhyi” Pamijahan Tasik Malaya Jawa Barat dalam rangka Tafakur dan Tadabur di bulan Muharram. Sabtu (22/09/2018).

Syeh Abdul Muhyi adalah sosok Waliyulloh salah seorang penyebar agama Islam di daerah Jawa Barat yang terkenal karomah dan keistimewaannya. Setiap hari tidak pernah sepi dari pengunjung peziarah.

Masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia banyak yang berziarah ke Makam Wali yang terkenal dengan Tarekat dan Tasawufnya ini.

Selain makam berkaromah (punya keistimewaan khusus selama hidupnya) diarea Pamijahan ini ada juga disekitarnya tidak jauh dari makam tempat – tempat jejak tilas Syeh Abdul Muhyi yang jarang diketahui oleh khalayak umum seperti area dalam Gua Safarwadi. Di dalam nya ada jejak tilas para wali didalam Gua selam hidupnya kala itu.

Kyai Abdul Hamid pimpinan yayasan Darul Qiroah bersama rombongan ketika mengunjungi Goa Safarwadi menceritakan, “di dalam gua ini ada tempat – tempat para Wali keluar masuk menuju Mekkah almukaromah, ada juga tempat aliran tetesan air zam – zam yang langsung dari Mekkah. Di dalam Gua ini ada juga jejak tilas bangunan seperti Kubah Masjid yang di yakini sebagai tempat solat berjamaah para wali kala itu. ” ungkap Abdul Hamid.

Selain titik – titik jejak tilas para wali di dalam Gua Safarwadi ternyata ada juga tempat jejak tilas dari Syeh Abdul Muhyi yang jarang diketahui oleh orang banyak kecuali oleh orang – orang khusus yang di arahkan oleh gurunya yang mengetahui yaitu tempat dimana ketika Syeh mendapat printah dalam mimpi dari Syeh Abdul Qodir Jaelani agar Syeh Abdul Muhyi menemukan tempat yang cocok untuk tinggal disana. Dengan bekal Gabah (padi untuk di tanam) kalo gabah itu di tanam kemudian seketika langsung tumbuh berarti tempat itu belum pas untuk dia tinggali.

Sampai akhirnya setelah melakukan berbagai wilayah beliau tanami dengan gabah dan ternyata masih seketika tumbuh, hingga akhirnya Sang Syeh mendapatkan tempat yang ketika padi itu ditanam ternyata tidak langsung tumbuh, hingga akhirnya beliau menancapkan tongkatnya dari dahan buah belimbing sambil duduk tafakur menanti tumbuhnya padi selama tiga bulan beberapa hari selayaknya normalnya pertumbuhan padi.

Dalam kisah, Kyai Abdul Hamid menceritakan sebagaimana yang diceritakan oleh gurunya, ketika proses Syeh Abdul Muhyi menancapkan tongkatnya sambil menanti tumbuhnya padi ternyata saking gembiranya padi tumbuh, tongkatnya ketinggalan hingga akhirnya sampai saat ini tongkat itu menjadi tumbuh seperti pohon biasa berbentuk pohon buah belimbing. Tapi ketika berbuah, rasanya sangat asem seperti buah cilincing asam lonjong. Tongkat yang tumbuh menjadi pohon itu disebut “muzarot” hingga saat ini pohon itu masih hidup dan nampak sangat tua tapi didalam pohon itu sudah kopong ketika di pukul pun suaranya mendengung. Jelas Abdul Hamid sebelum bertawasul ditempat tersebut bersama rombongan.

Intinya “kita berziarah ke makam waliyulloh ini berharap agar kita bisa mentauladani sepak terjang beliau samasa hidupnya agar kita lebih bersemangat dalam mengarungi hidup. Juga kita berdoa agar mendapat rahmat, karomah dan keberkahan. Pungkasnya. [TS]