JIB | KAWALU, (KP).- Kemeriahan serta hiruk pikuk Pemilu Pilpres dan Pileg 2019 telah usai. Kini jutaan pasang mata dari penjuru negeri memantau hasil perhitung terkait perolehan suara untuk masing-masing paslon.
Banyaknya isu-isu yang berkembang yang dapat memecah belah persatuan bangsa dan negara, perlu disikapi dengan bijak.Untuk kembali menyatukan dua kubu yang sebelumnya berbeda pilihan dalam perhelatan tersebut, berbagai elemen juga tokoh menyerukan seruan damai agar tidak terjadi perpecahan antarumat beragama.Publik pun diminta untuk tidak terprovokasi dengan isu-isu miring yang ramai dibicarakan di media sosial terkait Pilpres juga permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.
Sehingga masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi. Untuk bersabar menunggu hasil penghitungan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU).“Mari kembali kita tingkatkan ukhuwah Islamiah Pasca Pemilu 2019 dan kembali menjaga kebersamaan. Jangan sampai terjadi perpecahan.
Apalagi sampai terprovokasi dengan isu menyesatkan yang bisa memecah belah bangsa. Berbeda pilihan merupakan hal yang biasa dalam demokrasi,” kata Pimpinan Pondok Pesatren Al Amin Tasikmalaya KH. Wawan Nawawi, Jumat (3/5/2019).
Ia mengungkapkan, bahwa kita sebagai Bangsa Indonesia saat ini dihadapkan dengan permasalahan dan ujian.
Perlu bersama-sama saudara-saudara sebangsa se tanah air dimanapun berada khususnya warga Kota Tasikmalaya, untuk kembali merajut kebersamaan, saling menjaga, saling menghargai serta saling menghormati untuk menyongsong masa depan.
Pihaknya juga mengajak warga khususnya di Kota Tasikmalaya untuk tenang sehingga tidak terlibat dalam konflik pasca pemilu. Mengenai adanya perbedaan pandangan tentang hasil Pemilu, semua pihak diminta mengikuti prosedur sesuai dengan mekanisme konstitusional.
“Saat ini kita sedang diuji oleh Alloh SWT dimana kebijakan kita, dimana kemanusiaan kita, dimana kearifan kita dalam menghadapi permasalahan kekinian dengan bersyukur, ikhlas, sabar serta harus bisa memaafkan,” katanya.
Dikatakanya, suhu politik yang semakin memanas bisa memicu tindakan apapun yang inskontitusional. Hal itu jelas dilarang oleh negara dan agama apapun.
“Meminta para elite politik untuk menjaga sikap serta tidak melontarkan pernyataan yang provokatif. Para elit politik serta warga untuk menahan diri dan kembali kepada sejatinya diri kita, kembali kepada tujuan Republik Indonesia. Kita jangan sampai tercerai berai, bersatu padu semuanya bergandengan tangan. Satu sama lain mendukung, saling menopang, tidak saling menyalahkan namun saling memaafkan,” ujarnya.
Diharapkannya, pihaknya menginginkan seluruh elemen dan warga khususnya Kota Tasikmalaya yang nota bene mayoritas muslim, diharapkan jadilah muslim yang baik tidak mudah terpancing dengan isu. Apalagi dengan isu sara harus waspada.
Mengedepankan sikap yang membawa kedamaian dan mempersatukan seluruh elemen bangsa.Begitu pun santri, diminta kembali belajar sekaligus menyiapkan diri untuk menguatkan kapasitas sumber daya manusia agar mampu bersaing di pasar global. (Red)