Jurnal Indonesia Baru

“Monufirovir di Produk Massal Oleh PT. Kimia Farma Pada Bulan Oktober” Dikunjungi Anggota DPRD Jabar Syahrir Bersama Wakil Ketua DPR RI


JIB | KAB. BANDUNG – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat (Jabar), mendampingi Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dalam lawatannya ke PT. Kimia Farma Plant di kawasan Banjaran, Kabupaten Bandung, Kamis (29/7/2021).

Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, mengapresiasi PT. Kimia Farma yang mampu memproduksi obat terapi jenis obat Favifirafir untuk mengatasi Covid-19.

Dengan kapasitas produksi sebanyak dua juta perhari, kata Sufmi, maka ketersediaan obat untuk Covid-19 tersebut bisa dikatakan aman.

“Ini kabar yang menggembirakan khususnya untuk rakyat Indonesia, semoga pabrik ini dapat meningkatkan kapasitas produksinya secara signifikan,” ujar Sufmi.

Selain itu, lanjutnya, saat ini sedang dilakukan uji klinis tahap tiga jenis obat yang sama sebagai antivirus yang diberi nama Monufirovir. Di mana, jenis obat ini rencananya akan diproduksi massal pada Oktober mendatang.



“Ini sebuah terobosan yang bagus, dengan hadirnya Monufirovir, diharapkan obat antivirus dapat terpenuhi,” imbuhnya.

Sementara itu, Anggota DPRD Provinsi Jabar, Syahrir, mengatakan bahwa pihaknya mendorong industri obat untuk meningkatkan kapasitas produksi obat antivirus tersebut.

Pasalnya, imbuh Syahrir, angka Covid-19 di wilayah Jabar terus mengalami kenaikan. Sehingga kebutuhan obat tersebut sangat tinggi.

“Kami sangat mendukung sekaligus mendorong untuk ketersediaan obat antivirus yang di produksi Kimia Farma. Khususnya untuk pemenuhan kebutuhan obat di Jawa Barat,” kata SyahrirD saat mendampingi kunjungan kerja Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad.

Dia menambahkan, dengan peningkatan kapasitas produksi tersebut, dirinya berharap Pandemi Covid-19 di wilayah Jawa Barat dapat tertangani dengan baik.

Diketahui, sebelumnya, di pasaran sempat terjadi kelangkaan obat antivirus Covid-19 tersebut. Direktur PT. Kimia Farma, Verdi Budi Dramo, mengatakan, hal ini terjadi lantaran, PT. Kimia Farma hanya memproduksi 250 ribu tablet per hari.

“Kapasitas produksi sebelumnya hanya 250 ribu tablet per hari. Kapasitas produksi itulah yang kemudian menyebabkan kelangkaan obat tersebut di pasaran,” terang Verdi.

“Untuk itu, saat ini kami berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas produksi sebagai bentuk upaya pemenuhan kebutuhan obat antivirus di Indonesia,” tutupnya.

Biro Bandung