JIB | Bekasi- Sekila pengalaman, kaget banget saat saya terpilih jadi Calon Bupati Bekasi.
Saya kan cuma seorang GURU, dosen dan konsultan profesional. Hanya karena kewajiban agama dan amanat Ortu, saya masih rutin berdakwah, setidaknya berdakwah bagi diri sendiri dan keluarga.
Pembelajaran saya di pemerintahan pusat, mulai di Istana hingga
Kantor Kementerian,
Lintas sektoral, sampai saat ini. Di Bekasi atau Jabar, saya tak pernah bertugas apapun.Ada yang percaya gak, saat saya terpilih sebagai Calon Bupati termuda di Bekasi (Pilkada 2017), tanpa mahar sama sekali, setelah melewati test dan uji keahlian dan kemampuan.
Benar-bener prosesnya clean and clear. Bersih and zero corruption.Yang bikin kaget-banget, saya mendapat data dari LSI (Lembaga Survei Indonesia) bahwa angka toleransi money politic di Bekasi mencapai 63 persen (termasui tertinggi di Indonesia). Angka yang menakar praktek dan budaya korupsi di tengah warga dan lingkungan Pemda Bekasi menjadi kebiasaan, tradisi dan budaya. Dianggapnya biasa.
Tidak ada 1 rupiah pun dipersyaratkan oleh Parpol pengusung dan pendukung. Meskipun akhirnya saya gak menang, saat itu terpilih SADAR (Sa’duddin-Darip), saya sendiri suaranya di atas pasangan Wikanda-Daeng Muhammad.Sejak 2007 saya diusung Demokrat-PKB menjadi calon Bupati, nyoba lagi maju Caleg DPR RI pada 2014 dan 2019, saya memang tak berhasil. Karena makin terang benderang, soal pilih memilih budaya korupsi di Bekasi makin mengganas.
Bagi saya pribadi, bagaimana kita punya kehormatan dan integritas, wibawa dan mulia, kalau dalam proses dan tahap menjadi pemimpin eksekutif maupun legislatif, termasuk Kepala Desa atau mutasi dinas, semua harus pakai uang pelicin, suap dan korupsi.
“Pastinya, sepanjang jadi pemimpin dan memilih pemimpin andalkan kekuatan uang, pragmatisme dan transaksional, segala tujuan baik dan cita mulia apapun gak akan bisa tercapai”. Ucapnya.
Karena jangan heran, begitu rumit dan kusutnya segala masalah di Bekasi. Gak mudah diuraikan solusinya gimana. Termasuk solusi terkait lapangan kerja, bagaimana solusi cepat, tuntas dan berkelanjutan bagi setiap warga di Bekasi.Sampai saat ini belum ada konsep dan langkah yang benar-benar tuntas dan menyeluruh. Baru di permukaan.
Yuk, kalau mau benar-benar mengembalikan kehormatan dan harga diri daerah, pastikan rakyatnya makmur, bahagia dan berdaya. Semua itu wajib dimulai dengan lahir nya Pemimpin bersih dan berkemampuan : teruji, terkaji dan tersaji visi, misi dan pengalamannya. “Pilih pemimpin yang bisa merasa, bukan merasa bisa”. Insya Allah, suatu saat Bekasi akan punya pemimpin yang jadi. Teladan dan membawa perubahan besar bagi perbaikan setiap warganya tanpa kecuali.munawar fuad,
Dosen President University,
Sekretaris Masyarakat Adat BKMB Bhagasasi Bekasi. (Red)