Jurnal Indonesia Baru

Dede Farhan Aulawi : Urgensi Membangun City Branding Bagi Suatu Daerah

JIB | Jakarta – Waktu di sekolah dasar kalau ujian pengetahuan umum suka muncul istilah – istilah, Bandung dikenal sebagai Kota Kembang, Bogor sebagai Kota Hujan, dan sebagainya.

Disadari atau tidak dahulu pengetahuan umum itu mungkin dipandang sebagai pengetahuan saja, tanpa muatan maksud dari apa yang tersirat dari sebutan itu. Meskipun di Bandung sendiri saat ini bunga – bunga sudah jarang, dan hujan merata di seluruh tanah air.

Saat ini penyebutan atau mem-branding sebuah kota atau sebuah daerah tidak bisa hanya sekedar sebutan saja, melainkan harus memiliki maksud, tujuan, bobot dan nilai dari penyebutan tersebut agar memiliki manfaat bagi warga dan daerahnya.

Artinya perlu dimulai untuk menggali potensi yang dimiliki dan apa yang akan dijual/ ditonjolkan sebagai sebuah citra (branding) dari positioning jati diri daerah tersebut.

City Branding (Citra kota) sebenarnya merupakan serangkaian proses dari suatu kota/ daerah untuk membuat positioning yang kuat di tingkat nasional, regional ataupun global. Dengan demikian dapat membentuk identitas kota/ daerahnya yang berguna untuk memasarkan segala aktivitas kegiatan, saran serta budaya yang ada di kota/ daerah tersebut.

Tentu hal ini juga akan berkaitan dengan membuat positioning yang kuat di dalam target pemasaran daerahnya, seperti halnya positioning sebuah produk atau jasa.

Untuk melakukan ini tentu tidak mudah karena ini bukan hanya soal memilih nama semata, melainkan terkait dengan hal yang unik dari identitas daerah tersebut. Semua harus terintegrasi dalam suatu perencanaan pembangunan seperti substansi citra, konsumen citra dan bagaimana citra dapat dikonsumsi, jadi bukan hanya logo atau slogan saja.

Dari uraian di atas, maka secara sederhana city branding dapat didefinisikan sebagai identitas, simbol, logo, atau merek yang melekat pada suatu daerah, yang sesuai dengan potensi maupun positioning yang menjadi target daerah tersebut.

Secara tersirat di dalamnya tentu ada tujuan atau manfaat yang hendak dicapi dari pembuatan city branding ini. Tentu banyak manfaat yang bisa diambil atas program city branding ini, tetapi contoh manfaat yang ada di depan mata terkait kepedulian warga (people awareness), reputasi, persepsi yang baik mengenai sebuah destinasi wisata dan peningkatan kunjungan wisata, serta tentu akan menarik investor untuk masuk ke daerahnya tersebut.

Terkait city branding ini, di wilayah ASEAN pun mengemuka beberapa istilah seperti Malaysia dengan“Malaysia, Trully Asia”.

Singapura tidak mau ketinggalan dengan munculnya slogan “Uniquely Singapore”. Kemudian diikuti Hongkong dengan “Asia’s World City”. Dan Jakarta dengan slogan “Enjoy Jakarta”. Dari slogan city branding tersebut diharapkan mudah diingat dan bisa memikat calon wisatawan untuk berkunjung ke negara – negara tersebut.

Adapun langkah – langkah untuk membuat city branding adalah (1) menetapkan tujuan dan menetapkan hasil terukur yang ingin dicapai. Salah satunya bisa dengan cara benchmark dengan kota/ daerah yang memiliki karakteristik yang mirip dengan daerahnya, misalnya soal kemacetan lalu lintas, kepadatan penduduk, kemampuan bahasa Inggeris masyarakatnya, dan lain – lain, (2) memahami target market, yaitu target pasar yang akan dibidik karena dinilai sebagai pasar potensial, (3) identifikasi brand image saat ini, (4) tetapkan posisi, maksudnya harus tahu posisi apa yang diinginkan oleh daerahnya, (5) eksekusi strategi untuk memberikan kesan tentang daerahnya, baik melalui strategi public relation, iklan, pemanfaatan traveling blogger, word of mouth, dan lain – lain.

Besar harapan kita tentunya semua Pemerintah Daerah bisa membuat branding masing – masing terhadap daerah. Lalu dikemas dan dijual sehingga bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya buat masyarakat, bangsa dan negara. Jika ini berhasil, maka Indonesia akan tetap jaya dan rakyatnya sejahtera. Aamiin YRA (Red)